Sabtu, 11 April 2020

Because This is My First Life

Because this is my first life? Yes, your first life. My first life. Everybody's first life.

Masih ada hubungan dengan postingan yang sebelumnya, kali ini aku pengen bicarakan tentang "Because This is My First Life". Sebuah drama yang bercerita tentang kehidupan seorang cewe dan cowo di era modern yang masih belum bisa lepas dari patriarki. Bukan sebuah drama biasa, drama ini mengangkat isu patriarki dan membuka mata kita tentang seperti apa stigma sosial kita terhadap perempuan. Butuh pikiran yang terbuka dan pemikiran yang dalam untuk memahami bagaimana pesan-pesan moral terkait budaya patriarki yang sangat banyak disinggung dalam drama ini. Well, i can say, this drama is the best drama ever!
Diawali dengan kehidupan tokoh utamanya, Jiho, seorang cewek usia 30an, lulusan Universitas Nasional Korea (konon termasuk Universitas terbaik di Korea), yang bekerja sebagai penulis skenario drama. Di perantauan, dia tinggal di sebuah rumah yang dia beli secara kredit dengan kerja keras. Kemudian, adik laki-lakinya menyusul untuk tinggal bersamanya di Kota. Jiho, bekerja keras untuk mencari uang, juga mengurus semua pekerjaan rumah. Suatu kali, ketika dia pulang ke rumah, dia mendapati rumahnya kotor dan membuatnya marah. Dia segera menuju ke kamar adiknya untuk menegur, tapi ternyata adiknya sedang asik sama pacarnya (u know). Jiho yang kaget dan shock langsung keluar rumah dan bertemu teman-temannya untuk menenangkan diri. Btw, Jiho belum pernah pacaran.
Orangtua Jiho tinggal di Namhae. Ayahnya sangat patriarkis, menganggap perempuan itu rendah, dan sebaliknya, dia selalu mengutamakan laki-laki. Suatu hari, adik Jiho dan pacarnya berkumpul dengan orangtua mereka, dan mengatakan mereka akan menikah karena pacarnya sudah hamil. Ayahnya marah, tapi, setelah tahu anak yang dikandung itu laki-laki, ayahnya langsung menyayang-nyayang adik Jiho dan pacarnya. Setelah menikah, mereka berencana akan tinggal di rumah Jiho (sumpah ini gatau diri banget). Jiho menolak. Tapi, ayahnya memaksa Jiho menerima karena dia lebih membela anak laki-lakinya. Jiho kemudian memilih untuk keluar (dari rumahnya sendiri). *sedih banget...
Source: alinea.id

Singkat cerita Jiho kemudian mendapat orang yang menyewakan kamar kosong apartemennya dengan harga murah, tapi dengan syarat dia akan diseleksi oleh pemilik apartemen itu. Mereka tidak pernah bertemu langsung, hanya bicara lewat chat bahkan setelah mereka tinghal dalam 1 apartmen. Mereka tidak pernah bertemu karena si pemilik berangkat kerja pagi-pagi dan pulang larut malam. Dalam waktu singkat, terjadilah misskom disini. Pemilik apartment mengira Jiho laki-laki, dan sebaliknya Jiho mengira pemiliknya perempuan. Jiho terpaksa diputus kontrak karena dia perempuan. Meskipun pemiliknya suka dengan sikap Jiho yang rajin bersih-bersih dan suka kucing, serta tidak pernah mengganggu kehidupan pemilik apartment.
Kembali terlunta-lunta, Jiho kemudian memilih untuk tidur di sebuah ruang kosong di kantor tempatnya bekerja. Di sanalah kemudian dia mengalami percobaan pemerkosaan dari rekannya. Malam-malam, dia melarikan diri dan berjalan tanpa arah. Semua orang melihatnya dengan tatapan risih karena dia masih memakai baju tidur. Tak terasa langkah membawanya menuju apartment lamanya. Disana dia bertemu pemilik apartment dan dipersilahkan mampir. Tiba-tiba muncul ide gila, ketika si cowok menawarkan diri untuk menikah. Bukan cinta, bukan suka, cowok ini didesak orangtuanya untuk menikah (karena ibunya mengancam kalau dia tak menikah juga, ibunya akan diceraikan karena dianggap tidak bisa mendidik). Jadi, pernikahan itu hanya kontrak, mereka butuh status saja, selebihnya Jiho tetap menjadi penyewa kamar dan hidup seperti biasa. Kemudian, Jiho berpikir bahwa saat itu yang dia butuhkan hanya tempat tinggal. Bukan cinta atau yang lainnya.
Mengetahui kejadian yang menimpa Jiho di Kantor, atasannya mengundang dia untuk melakukan mediasi agar bisa berdamai. Sayangnya, disini, Jiho yang menjadi korban percobaan pemerkosaan justru disuruh mengalah dan tidak dianggap serius. Pelecehan itu dianggap sebagai sebuah hal kecil yang hanya perlu dimaafkan lalu kembali lagi seperti semula. Setelah banyak kejadian-kejadian hingga ia resign dan kehilangan pekerjaan kemudian, Jiho memutuskan pulang ke rumah orangtuanya. Dia meninggalkan skenario yang telah dibuatnya di kamar, seperti barang tak berharga. Ketika dia ada dalam bis menuju Namhae, pemilik apartment tiba-tiba muncul untuk memberikan skenario itu dan mengira itu barang yang tertinggal. Di tebgah frustasi, Jiho kemudian menanyakan apakah ajakan pernikahan kontrak masih berlaku? Dan mereka pun menjalani pernikahan kontrak dengan segala tantangannya wkwkwk...
Termasuk ketika Jiho diundang ibu mertuanya untuk acara peringatan keluarga dan dia terpaksa mengerjakan pekerjaan rumahtangga yang super menguras tenaga. Jadi menantu di korea berat banget guys...
Tidak hanya Jiho, isu tentang patriarki dan kesetaraan gender juga diangkat dalam hampir semua cerita tokoh perempuan dalam drama ini. Tentang bagaimana perempuan dilecehkan dalam hubungan pekerjaan, bagaimana produktivitas perempuan tidak dipandang dan tidak dihargai, bagaimana perempuan dijadikan sebagai objek pelecehan dan objek untuk emnunjukkan relasi kuasa, tentang bagaimana kita memandang pernikahan, sampai ke isu maskulinitas dan misoginitas yang dimunculkan secara komplit dalam drama ini.
Berharap sekali lebih banyak orang menonton drama ini agar tahu seperti apa sebaiknya kita mengoreksi pola pikir kita sebagai sesama manusia.
Well, i recommend this drama for you to watch! Kita bisa belajar banyak hal dari drama ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar