Senin, 12 Oktober 2020

Sexual Harrasment dan Gender stereotype

Kita bicara soal pelecehan seksual yuk!

Saat ini yang berkembang di masyarakat pada umumnya korban dari pelecehan seksual adalah perempuan. -meskipun sebenarnya bisa saja menimpa laki-laki juga-. Seringnya karena perempuan distereotipkan sebagai gender yang lemah tak berdaya, dikaitkan pula dengan perempuan dianggap makhluk yang indah, -bahkan dibilang sumber fitnah-, dan mengundàng syahwat, akibatnya ketika perempuan menjadi korban pelecehan seksual, dia akan disalahkan dan langsung 'dipelototi' terlebih dahulu. Tak jarang berakhir dengan "oh, lha bajumu seksi", "oh, lha kamu deket2 laki2" "oh lha km keluar malem2" dst. Intinya, adalah salah perempuan, dialah yang memicu dirinya sendiri menjadi korban pelecehan dan wajar2 saja kalau dia diperlakukan demikian (dilecehkan) ya, karena memang pantas dia diperlakukan begitu atas akibat dari kesalahannya sendiri. Sementara, laki2 kerap diasosiasikan sebagai kucing, buaya, dsb. Kebrengsekannya didanggap sebuah kewajaran. "Kucing dikasi ikan asin ya wajar aja dong". Sungguh, logika yang cacat namun menjadi pola pikir yang sudah turun temurun.

Keselamatan setiap gender sebenarnya adalah tanggungjawab kita bersama. Kuta sama-sama harus menyadari dan menjaga bahwa memang berbuat tidak baik, apapun bentuknya itu adalah tidak baik. Bukankah bodoh ketika kita membenarkan sebuah tindakan kejahatan dengan alasan korban memang pantas untuk dilecehkan? Adakah manusia di dunia ini yang pantas untuk dilecehkan?

Ya, memang tidak bisa dipungkiri, masih banyak masyarakat kita yang nggak ngerti apa itu consent. Jadi, kadang, dengan stereotip bahwa laki-laki itu strong dan superior, maka perempuan sudah sepantasnya 'mumpet' untuk menyelamatkan diri. Padahal, sekali lagi...pelecehan seksual bisa terjadi pada semua gender. "Seksi banget...rahimku anget" bla bla...merupakan salah satu contoh pelecehan seksual pada laki-laki. Hanya saja  hal ini menjadi bias karena mungkin perempuan dianggap "cuman komen" dan dari pemikiran yang mewajarkan pelecehan seksual inilah, masyarakat kita bisa jadi semakin abai dengan isu pelecehan seksual. Padahal, korban pelecehan seksual atau penyintas mengalami kerugian. Tak sedikit kasus kriminal yang kita saksikan di media mengenai pelecehan seksual diikuti juga dengan tindakan kriminal lain seperti kekerasan, penganiayaan, perampokan, hingga pembunuhan.

Dan, menariknya tak sedikit dari masyarakat kita akan berpendapat bahwa "udah tau mau diperkosa itu ya ngelawan" "udah tau disentuh tu ya kabur kek lapor polisi kek blah blah" seribu komentar bodoh yang zero emphathy. Jarang òrang mikir bahwa menjadi korban pelecehan itu berat dan gak semua orang bisa berfikir seperti apa yang dikomentarkan orang-orang. Tak semudah itu keadaannya. Tapi, orang gak akan tau sebelum dia sendiri yang jadi korban kriminal. -but i hope, loe gak perlu ngalamin buat ngubah pikiran loe-

Selasa, 08 September 2020

Hari Bersamanya






Mohon Tuhan

Untuk kali ini saja

Beri aku kekuatan untuk menatap matanya


Mohon Tuhan

Untuk kali ini saja

Lancarkanlah hariku

Hariku bersamanya

Hariku bersamanya

(Sheila on 7-Hari Bersamanya)


Belakangan ini (sebulan ini kali ya) jadi suka banget sama lagu ini. Yap...sebuah lagu tentang betapa deg degannya mau ketemu seseorang. Gebetan sih, tepatnya. Dan betapa cemasnya, betapa insecurenya. Ada perasaan takut, takut banget kalau bikin orang yang disukain jadi merasa nggak nyaman.

Jujur ni ya, kadang dengerin lagu ini di sisi lain gak selalu relate sama hubungan percintaan sih. Kadang, kalo dengerin lagu ini, aku sering banget ngerasa relate banget sama realita atau sesuatu hal yang baru yang akan kita hadapi setiap harinya. Di satu sisi, kadang bisa aja kan manusia merasa takut, karena yaa memang kita tak 'sekuat' itu, jadi wajarlah jika kadang memiliki ketakutan tuk menghadapi hari dan dunia. Dan yah...di saat begitu, Mohon Tuhan...Mohon Tuhan...

Yes, cuman bisa berharap Tuhan akan berikan kekuatanNya buat kita agar lebih berani menghadapi hari. Karena nyatanya, ya emang kita itu apasih...remahan rengginang. Hehehe

Dengerin lagu ini, bisa nyentuh banget, sih. Asli.

Dengerin lagu ini, kadang bisa jadi moodbooster buat kita lebih pasrah sekaligus berani karena merasa Tuhan kan selalu menyertai.

Dan, dengerin lagu ini, kadang juga bisa bikin air mata jatuh ketika kita emang bener-bener merasa lagi ada di bawah dan gak punya daya apa-apa, tapi kita tetap gak boleh menyerah untuk menghadapi apapun di depan sana.


Makasi Sheila on 7 udah buat lagu yang se dalem ini maknanya.

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran dan Esensi Saling Bermaafan

Ya, lebaran di tengah pandemi ini rasanya sangat berbeda dari lebaran-lebaran sebelumnya.
Biasanya, kita bisa berkumpul, berjabat tangan, saling bercengkrama, ditanya ini-itu, termasuk pertanyaan mengganggu seperti "kuliah dimana?" "Kerja apa?" "Kapan kawin?" "Kapan punya anak?" Dst.
Lebaran kali ini, kita diberi ketenangan oleh Allah Swt.
Sesuai dengan himbauan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial, akhirnya silaturahim yang biasanya menjadi ciri khas hari raya ini pun tidak bisa dilakukan, dan sebagai alternatifnya, mengingat kita hidup di era digital yang pesat, silaturahim dan tradisi halal bi halal pun dilakukan melalui daring. Pagi ini, mungkin sebagian besar orang disibukkan dengan memasang status ucapan selamat hari raya, kemudian mengirim ucapan secara pribadi untuk kerabat yang ada dalam kontak, atau bahkan ada juga yang melakukan telepon atau video call demi bisa mengucapkan selamat hari raya dan memohonkan maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Pagi ini, seperti biasa, saya mengirim pesan khas idul fitri tersebut untuk kerabat saya. Terutama yang sudah saya anggap seperti orangtua sendiri, yakni guru dan dosen-dosen saya.
Yah, begitulah khasnya hari raya. Di dalamnya tetap ada ciri khas hari raya yang bahkan tidak hilang karena pengaruh pandemi. Yaitu tradisi saling memaafkan. Dan tradisi saling memohon maaf melalui sosial media bukanlah hal baru, sebenarnya. Tapi ada satu hal yang saya tidak pernah tidak menemuinya setiap hari raya tiba. Yaitu, ketika sebagian orang berfikir bahwa meminta maaf melalui sosial media itu tidaklah sopan dan terkesan tidak sungguh-sungguh. Dilihat dari? Karena itu bukan ucapan langsung, lebih seperti ucapan atau puisi yang bisa di copas sesuka hati untuk dikirim. Well, saya bukan termasuk orang yang anti dengan sistem ini. Saya bisa memahami bahwa intinya semua orang, di hari raya ini menginginkan dirinya ikut menjadi bagian, dan sekaligus ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Terlepas dari apakah meminta maaf itu sopan atau tidak dalam standar sebagian orang.
Pagi ini  seperti biasa, Rena, teman saya yang beragama katholik mengirim ucapan selamat hari raya untuk saya, sekaligus memohon maaf lahir dan bathin. Entah, apakah dia mengarang kata-kata itu sendiri atau terinspirasi dari kiriman orang lain (baca:copas). Bagi saya, itu tidak penting. Saya, sangat menghargai niatannya untuk menyampaikan itu kepada saya.
Ya, demikian halnya dengan orang-orang lain yang mengirim pesan copasnya kepada saya. Insya Allah, saya yakin orang itu tetap memiliki kesadaran bahwa pesan yang dikirimnya adalah sebuah permohonan maaf lahir dan bathin, dan saya akan insya Allah juga akan memaafkan sebagaimana saya berharap dimaafkan juga.
Biasanya, dari pesan itu, percakapan akan berlanjut dan di situlah silaturahim kemudian tersambung kembali dengan rasa yang lebih indah karena diawali dengan saling memaafkan.
Oh tapi...saya tentu tidak akan menentang orang-orang yang berfikir bahwa tindakan seperti itu (mengirim ucapan selamat hari raya dan mohon maaf yang -kayaknya- copas atau broadcast message) loh! Hehe. Silahkan saja berfikir demikian, insya Allah saya bisa memahaminya. Ada sebagian orang yang memilih untuk tidak membalas pesan yang terkesan copas, seolah tak ditujukan secara pribadi untuknya. Saya bisa memahami sudut pandang itu. Dan, adalah hak Anda untuk membalas atau mengabaikan pesan itu.
Tapi, saya berfikir, entah diucapkan secara langsung ataupun tidak, esensi dari meminta maaf dan saling memaafkan bukanlah pada metode penyampaiannya. Bukan tidak mungkin, orang yang meminta maaf secara langsung, berjabat tangan, juga 'copas' karena ucapannya adalah ucapan yang sudah biasa diucapkannya pada hari raya, dan tidak diikuti dengan niat kesungguhan meminta maaf. Kita tidak pernah tahu itu. Saya ingat pesan alm salah satu guru saya pernah berkata, bahwa pada dasarnya kembali suci adalah kembali pada fitrah dimana manusia memiliki banyak kekhilafan, maka memohon ampunlah kepada Yang Maha Kuasa. Salah satu caranya adalah, dengan memaafkan sesama. Maafkanlah sesama sebagaimana kita berharap Tuhan memaafkan kita. Bahkan diucapkan atau tidak, semestinya kita sama-sama menyadari bahwa kita memiliki kesalahan baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia, dan sekaligus menyadari bahwa kita harus menjadi manusia yang mau memaafkan, karena nyatanya kita sendiri pun tidak sempurna.

Memohon maaf, dan memaafkan. Nyatanya bukan sekedar bagaimana metode penyampaiannya, tapi juga bagaimana kita benar-benar menginsyafi kesalahan dan sekaligus memaafkan kekhilafan orang lain. Jawabannya ada di dalam hati kita masing-masing. Sudah benarkah kita dalam memahami esensi saling memaafkan?

-mohon maaf atas kesalahan prasangka, tutur kata dan perbuatan. Semoga Allah mengampuni kita semua-

Hening Syawal

Hari ini, jatuh 1 Syawal 1441 H. Seperti Ramadhan yang hening yang saya ceritakan di postingan sebelumnya, lebaran kali ini pun tak jauh berbeda.
Kita dihimbau untuk tidak melakukan takbir keliling, kemudian dihimbau untuk  melaksanakan sholat Ied di rumah, dan dihimbau pula agar tidak melakukan pertemuan halal bi halal dan semacamnya yang membuat sekelompok orang berkumpul secara ramai, sebagai salah satu upaya pencegahan penularan covid-19.
Saya ingat betul, beberapa minggu lalu seorang teman tiba-tiba mengirim pesan melalui chat di messenger Facebook saya. Dalam hati, sudah lama sekali nggak ngobrol sama teman saya yang satu ini. Sedikit say hi, kemudian dia bercerita bahwa dirinya terkena dampak negatif dari covid 19 berupa PHK. ya, dia di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Saya sadar betul, ya, memang kondisi ini telah menguji banyak orang dalam segala lapisan. Sampai-sampai teman saya, yang terkenal pintar ini pun, bisa di PHK oleh kantornya di perantauan. Dia memutuskan tak pulang ke rumah karena takut menjadi carrier, pembawa virus, mengingat orangtuanya di rumah sudah cukup berusia. Dia bercerita bahwa dia akan berusaha untuk survive dan mencari penghasilan dengan cara lain di perantauan.
Bukan hanya teman saya, tapi ada banyak orang yang senasib dengannya. Atau, jika mereka lebih beruntung, mereka tidak terkena PHK, tapi, tidak bisa mudik ke kampung halaman karena pembatasan dari pemerintah.
Jadi, lebaran kali ini banyak sekali orang yang tidak bisa berkumpul dengan keluarganya di kampung halaman. 
Di rumah saya, kami menyiapkan beberapa kudapan khas hari raya untuk menjamu tamu yang datang bersilaturahim. Malam takbiran, biasanya stoples penuh camilan yang lezat sudah tertata rapi di atas meja ruang tamu. Tahun ini pun begitu.
Shalat Ied di rumah saja, sedih, memang. Momen kemenangan, yang biasanya menjadi momen bahagia berkumpul dengan saudara-saudara di masjid ketika sholat Ied, tahun ini tidak bisa dinikmati. Tapi, di sisi lain, sholat Ied bersama keluarga, entah kenapa menjadi satu momen menyentuh buat saya. Salah satunya ketika ayah saya membacakan takbir dan terdengar beliau terisak di depan kami, di posisinya sebagai imam. Seketika ibu juga ikut menitikkan air mata. Saya dan adik saya pun juga. Ada keprihatinan, tapi di sisi lain kami sangat bersyukur Allah menghimpun kami dalam satu ruang penuh kehangatan ini seolah kami baru sadar Tuhan begitu dekat dan selalu melihat kami.
Selesai, kami saling bermaaf-maafan. Selepas itu, kami duduk-duduk di ruang tamu menikmati kudapan yang tertata diatas meja sejak semalam. Ya, kami menyiapkannya, duduk disana dan menikmatinya sendiri. Sedih, tapi jadi semakin terasa syukurnya, karena kami masih bisa duduk dengan makanan-makanan sederhana yang enak, di tengah kondisi yang memprihatinkan ini.
Tentu, kami berharap pandemi ini segera berakhir, namun demikian, kami berharap bahwa rasa syukur dan perasaan dekat denganNya itu masih tetap terus ada meski nanti pandemi ini telah berakhir.

Hening Ramadhan

Ramadhan telah berlalu. Tahun ini, semua pasti mengalami pengalaman berbeda dari Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, bahkan seumur-umur hidupnya di dunia. Yah, efek dari pandemi covid 19 ini memang dahsyat, membuat kita, bahkan tidak bisa bertemu dengan sanak saudara demi menjaga keselamatan diri dan orang lain. Tarawih, di tempat saya ditiadakan. Jadi, sangat sunyi rasanya bulan Ramadhan lalu yang malam biasanya ramai suara seruan shalawat di sela shalat tarawih, sampai suara tadarus, kemudian tak terasa dibangunkan oleh suara riuh anak-anak membangunkan sahur dengan berkeliling kampung membunyikan alat musik seadanya. Sunyi. Semua itu tidak bersuara lagi.
Tapi, di sisi lain, kita juga patut bersyukur, ketika pandemi ini pun, membawa berkah bagi kita untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Shalat jamaah di rumah bersama-sama. Saling membangunkan sahur, dan mengisi kesunyian ramadhan dengan meramaikan rumah melalui tadarus. Semua seolah ter set untuk menjadikan kita lebih khusyu meraba kedalaman spiritual kita dengan Sang Pencipta.
Ditambah lagi dengan pemberlakuan pembatasan sosial, membuat banyak orang mengurungkan niat untuk mengikuti buka bersama yang biasanya begitu hits ketika Ramadhan tiba.
Jujur, saya termasuk orang yang nggak rela banget kalo waktu Ramadhan ini diganggu gugat, terutama di jam-jam krusial setelah berbuka puasa. Rasanya, dibandingkan berkumpul di restoran atau rumah seseorang, jika boleh memilih, saya tidak mau kehilangan momen untuk berduaan saja dengan Yang Diatas.
Well, yah, sebagian orang mungkin akan mengatakan saya naif, atau sok, atau kaku, atau apalah itu. Tapi memang, jujur saja, ketenangan di bulan Ramadhan yang penuh sentuhan spiritual itu begitu mahal buat saya. Jadi, rasanya sangat sayang sekali jika harus kehilangan 1 malam saja di waktu-waktu tersebut, sekalipun niatnya untuk menjalin silaturahim. Hmm saya suka silaturahim, tapi lebih suka sendiri saja di jam-jam tersebut. Hehehe. Ini opini pribadi.
Kecuali kalau saya memang sedang tidak bisa menjalankan ibadah tersebut, maka saya bisa pertimbangkan untuk ikut buka bersama. Tapi lebih banyak, perasaan saya lebih nyaman untuk me-time dan mencari ketenangan sendiri. Dan, covid 19 ini membuat saya mudah tanpa harus menolak sana-sini ajakan buka bersama.
Tahun ini saya belajar memaknai Ramadhan bukan hanya sekedar euforia. Bukan nuansa meriahnya, namun bagaimana Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa Ramadhan adalah menghidupkan diri dalam kesunyian, meramaikan hati dengan cinta kepadaNya, meski dalam kesendirian.
Saya berharap, semoga covid 19 ini segera berakhir, tentu saja. Tapi di sisi lain, saya berdoa semoga jika Allah menghendaki saya bertemu Ramadhan-Ramadhan selanjutnya dalam hidup saya, saya masih bisa menikmati momen indah mendekat padaNya, dengan kekhusyu-an seperti Ramadhan tahun ini.

Kamis, 07 Mei 2020

眠れない夜 Can't sleep

I'm telling you
I softly whisper
Tonight...tonight...
You are my angel

愛してるよ
2人は1つに
Tonight...tonight...
I just to say

Wherever you are i always make you smile
Wherever you are i always by your side
Whatever you say,
君を想う気持ち
I'll promise you forever right now

I don't need a reason
I just want you, baby
Alright...alright...
Day after day

この先永いことずっと
どうかこんな僕とずっと
死ぬまで、stay with me
We carry on

Wherever you are i always make you smile
Wherever you are i always by your side
Whatever you say,
君を想う気持ち
I'll promise you forever right now

Wherever you are i never make you cry
Wherever you are i never say goodbye
Whatever you say,
君を想う気持ち
I'll promise you forever right now

僕らが出逢った日は
2人にとって1番目の記念すべき日だね
そして今日という日は
2人にとって2番目の記念をすべき日だね

心から愛せる人
心から愛しい人
この僕の愛の真ん中には
いつも君がいるから

Wherever you are i always make you smile
Wherever you are i always by your side
Whatever you say,
君を想う気持ち
I'll promise you forever right now

Wherever you are
Wherever you are
Wherever you are

(ONE OK ROCK-Wherever You Are)


Hahaha...lagu lama banget ya.
Iyasih. Gatau kenapa malam ini dengerin lagu ini jadi ngerasa,

Betapa beruntungnya mereka yang bisa saling mencintai seperti lagu ini. Baiklah, aku iri banget haha. Bisa gak, 'cinta' terasa seindah yang diungkapkan di dalam lagu ini?

Well...
Aku suka banget kata-kata ini "wherever you are, i always by your side".
Entah kenapa seluruh lirik di lagu ini sejalan banget sama definisi cinta menurutku pribadi. Dia give give give give wkwkwk, lebih banyak mengungkapkan upaya dia untuk mewujudkan rasa cinta itu berfokus pada yang dicintai, bukan tentang perasaan dia melulu. Mungkin karena saking cintanya ya, jadi dia sebegini pengen menyamankan yang dicintainya.
Baiklah, Moriuchi Takahiro, makasi udah buat lagu se baper ini.

Jumat, 17 April 2020

Ikan Cupang dan Makhluk Ter-egois

Malam ini, ingin sekali menulis disini. Sambil mblebes mili, aku menulis disini tepat pukul 22:56. Sesekali boleh kan, aku mellow...kali ini benar-benar aku merasa hatiku sedang 'disentuh' oleh Tuhan semesta alam.

Berawal dari sebuah kejadian menyedihkan. Aku berniat ke kamar mandi. Seperti biasa, di kamar mandi aku selalu lihat ke bawah (lantai) dan aku selalu merasa ganjal apabila ada benda terjatuh atau mengotori lantai, misalnya rontokan rambut, atau air sabun sisa mandi, atau busa detergen atau apapun itu. Aku akan segera menyiramnya, baru setelah itu bisa memakai kamar mandi. Kali ini, baru membuka pintu dan berjalan sejangkah masuk ke kamar mandi, aku melihat sesuatu yang bening tergeletak di lantai. Sempat kukira itu -maaf- ingus atau apa dan aku sudah siap-siap mau menyiramnya dengan air, ketika tiba-tiba aku sadar itu adalah bangkai seekor ikan!
Ya, di dalam bak mandi kami, kami memelihara ikan cupang karena himbauan pemerintah supaya jentik-jentik nyamuk tidak ada di dalam bak mandi. Seperti kita tahu, bahwa nyamuk yang berkembangbiak pesat akan menyebabkan sakit demam berdarah. Karena itu, pemerintah di daerah kami sangat keras menghimbau agar jangan sampai dalam bak terdapat jentik nyamuk. Bahkan, konon, ada dendanya. Untuk mengontrol hal ini, yang bertujuan tentunya membuat masyarakat sehat, diadakan monitoring oleh ibu-ibu yang sudah ditentukan dalam jadwal pengecekan. Seminggu sekali, ada 2 ibu-ibu, secara terjadwal datang ke rumah untuk memeriksa seluruh tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Terutama bak mandi dan tempat penampungan air.
Kembali ke ikan mati. Aku langsung memungut ikan itu. Ikan betina. Di dalam bak, tersisa 1 ekor ikan cupang jantan yang berdiam saja di dasar bak. Tak seperti biasa yang berenang kesana kemari.
Entah bagaimana ikan betina ini bisa berada di lantai. Entah karena ia meloncat sendiri (yang agaknya mustahil), atau kemungkinan terbesar, yaitu kecerobohan kami yang membiarkan kran air menyala sampai meluap-luap. Singkatnya, ikan itu sudah mati.
Hal yang menyedihkan, tiba-tiba aku teringat ikan itu ada di dalam bak kami baru sekitar 1 bulan. Sengaja membeli sepasang, jantan dan betina agar ikannya tidak kesepian (logika kami berpikir demikian, entah realitanya bagaimana). Keduanya begitu cantik berwarna oranye keemasan. Sepasang ikan ini datang untuk menggantikan seniornya yang baru saja mati juga. Mati, karena tau-tau aku mendapatinya ada di dasar bak, diam saja seperti pingsan. Kami ambil, masih hidup. Tapi nyata bahwa ikan ini lemas. Sisiknya berdiri. Aku tak mengerti kenapa, kemudian aku cari di google informasi tentang ikan cupang dengan gejala demikian dan aku temukan bahwa ikan cupang dengan kondisi seperti itu, kemungkinan hidupnya sangat kecil, alias, dia sebentar lagi akan mati.
Aku coba beberapa tips yang kudapatkan dari google. Sembari mencoba, aku menyadari sesuatu bahwa ternyata ikan yang awalnya berwarna merah kebiruan seperti beludru itu warnanya sudah pudar. Nah, hal itu pula yang terjadi pada ikan kami sekarang.
Aku penasaran, apa yang membuatnya demikian? Ternyata, salah satu penyebabnya adalah, kualitas air yang jelek dan tidak sehat. Menyebabkan ikan berumur pendek dan cepat mati.
Bukan, bukan beracun. Tapi kualitas air tidak baik. Karena ini air PDAM, hmm mungkin karena kandungan bahan kimianya yang tidak bisa ditoleransi ikan? Entahlah...
Tapi, dari kejadian ini aku menyadari satu hal. Keegoisan manusia. Demi untuk menyelamatkan dirinya dari derita, sakit, misalnya, manusia tak segan untuk mengorbankan makhluk lain yang baginya, mungkin nyawa makhluk itu tidak punya arti dan harga. Jika mati, buang saja. Mudah. Beli yang baru, kalau mati, beli lagi. Yang penting tidak ada jentik.
Entah mengapa...aku merasa memelihara ikan cupang di dalam bak yang jelas-jelas airnya tidak sehat adalah sebuah upaya menjaga kesehatan manusia sebagai keutamaan, yang dalam perjalanannya sama saja seperti membunuh makhluk Tuhan yang memberikan manfaat itu, secara pelan-pelan.
Manusia menyepelekan nyawa ciptaan Tuhan, demi kepentingannya, menjaga dirinya bertahan hidup dan sehat. Bukan hanya kami, banyak. Dan bukan hanya berupa ikan cupang di bak mandi, banyak hal lain yang serupa.
Kita, manusia mengupayakan hidup yang nyaman dan sehat dalam rangka memperpanjang umur kita.

Sebenarnya untuk apa sih kita mengusahakan diri berumur panjang?
Apa yang ingin kamu lakukan dengan umur panjang?


Untuk menikmati hidup ini, dan menyakiti lebih banyak makhluk?

Sebenarnya, apakah kita ada disini sebagai monster perusak?

Entah mengapa, dari sini aku menyadari, bahwa manusia itu makhluk Tuhan yang tak tahu malu. Menikmati segala fasilitas Tuhan dan menganggap dirinya utama untuk diprioritaskan hidup dengan nyaman di muka bumi ini, dan mungkin karena merasa sebagai makhluk yang tercipta dengan sempurna, lantas merasa dirinya utama dan tidak punya sopan-santun dan adab buat menginjakkan kaki diatas fasilitas Tuhan ini.
Jadi, sadar ataupun tidak, ingat dan pikirkanlah segala upayamu sampai saat ini untuk bertahan hidup dan segala usahamu menciptakan kehidupan yang nyaman di muka bumi ini.

Sudah berapa banyak makhluk ciptaan Tuhan yang kau korbankan demi egomu??

Bersyukur, diciptakan sebagai manusia??
Puas??

Sabtu, 11 April 2020

Because This is My First Life

Because this is my first life? Yes, your first life. My first life. Everybody's first life.

Masih ada hubungan dengan postingan yang sebelumnya, kali ini aku pengen bicarakan tentang "Because This is My First Life". Sebuah drama yang bercerita tentang kehidupan seorang cewe dan cowo di era modern yang masih belum bisa lepas dari patriarki. Bukan sebuah drama biasa, drama ini mengangkat isu patriarki dan membuka mata kita tentang seperti apa stigma sosial kita terhadap perempuan. Butuh pikiran yang terbuka dan pemikiran yang dalam untuk memahami bagaimana pesan-pesan moral terkait budaya patriarki yang sangat banyak disinggung dalam drama ini. Well, i can say, this drama is the best drama ever!
Diawali dengan kehidupan tokoh utamanya, Jiho, seorang cewek usia 30an, lulusan Universitas Nasional Korea (konon termasuk Universitas terbaik di Korea), yang bekerja sebagai penulis skenario drama. Di perantauan, dia tinggal di sebuah rumah yang dia beli secara kredit dengan kerja keras. Kemudian, adik laki-lakinya menyusul untuk tinggal bersamanya di Kota. Jiho, bekerja keras untuk mencari uang, juga mengurus semua pekerjaan rumah. Suatu kali, ketika dia pulang ke rumah, dia mendapati rumahnya kotor dan membuatnya marah. Dia segera menuju ke kamar adiknya untuk menegur, tapi ternyata adiknya sedang asik sama pacarnya (u know). Jiho yang kaget dan shock langsung keluar rumah dan bertemu teman-temannya untuk menenangkan diri. Btw, Jiho belum pernah pacaran.
Orangtua Jiho tinggal di Namhae. Ayahnya sangat patriarkis, menganggap perempuan itu rendah, dan sebaliknya, dia selalu mengutamakan laki-laki. Suatu hari, adik Jiho dan pacarnya berkumpul dengan orangtua mereka, dan mengatakan mereka akan menikah karena pacarnya sudah hamil. Ayahnya marah, tapi, setelah tahu anak yang dikandung itu laki-laki, ayahnya langsung menyayang-nyayang adik Jiho dan pacarnya. Setelah menikah, mereka berencana akan tinggal di rumah Jiho (sumpah ini gatau diri banget). Jiho menolak. Tapi, ayahnya memaksa Jiho menerima karena dia lebih membela anak laki-lakinya. Jiho kemudian memilih untuk keluar (dari rumahnya sendiri). *sedih banget...
Source: alinea.id

Singkat cerita Jiho kemudian mendapat orang yang menyewakan kamar kosong apartemennya dengan harga murah, tapi dengan syarat dia akan diseleksi oleh pemilik apartemen itu. Mereka tidak pernah bertemu langsung, hanya bicara lewat chat bahkan setelah mereka tinghal dalam 1 apartmen. Mereka tidak pernah bertemu karena si pemilik berangkat kerja pagi-pagi dan pulang larut malam. Dalam waktu singkat, terjadilah misskom disini. Pemilik apartment mengira Jiho laki-laki, dan sebaliknya Jiho mengira pemiliknya perempuan. Jiho terpaksa diputus kontrak karena dia perempuan. Meskipun pemiliknya suka dengan sikap Jiho yang rajin bersih-bersih dan suka kucing, serta tidak pernah mengganggu kehidupan pemilik apartment.
Kembali terlunta-lunta, Jiho kemudian memilih untuk tidur di sebuah ruang kosong di kantor tempatnya bekerja. Di sanalah kemudian dia mengalami percobaan pemerkosaan dari rekannya. Malam-malam, dia melarikan diri dan berjalan tanpa arah. Semua orang melihatnya dengan tatapan risih karena dia masih memakai baju tidur. Tak terasa langkah membawanya menuju apartment lamanya. Disana dia bertemu pemilik apartment dan dipersilahkan mampir. Tiba-tiba muncul ide gila, ketika si cowok menawarkan diri untuk menikah. Bukan cinta, bukan suka, cowok ini didesak orangtuanya untuk menikah (karena ibunya mengancam kalau dia tak menikah juga, ibunya akan diceraikan karena dianggap tidak bisa mendidik). Jadi, pernikahan itu hanya kontrak, mereka butuh status saja, selebihnya Jiho tetap menjadi penyewa kamar dan hidup seperti biasa. Kemudian, Jiho berpikir bahwa saat itu yang dia butuhkan hanya tempat tinggal. Bukan cinta atau yang lainnya.
Mengetahui kejadian yang menimpa Jiho di Kantor, atasannya mengundang dia untuk melakukan mediasi agar bisa berdamai. Sayangnya, disini, Jiho yang menjadi korban percobaan pemerkosaan justru disuruh mengalah dan tidak dianggap serius. Pelecehan itu dianggap sebagai sebuah hal kecil yang hanya perlu dimaafkan lalu kembali lagi seperti semula. Setelah banyak kejadian-kejadian hingga ia resign dan kehilangan pekerjaan kemudian, Jiho memutuskan pulang ke rumah orangtuanya. Dia meninggalkan skenario yang telah dibuatnya di kamar, seperti barang tak berharga. Ketika dia ada dalam bis menuju Namhae, pemilik apartment tiba-tiba muncul untuk memberikan skenario itu dan mengira itu barang yang tertinggal. Di tebgah frustasi, Jiho kemudian menanyakan apakah ajakan pernikahan kontrak masih berlaku? Dan mereka pun menjalani pernikahan kontrak dengan segala tantangannya wkwkwk...
Termasuk ketika Jiho diundang ibu mertuanya untuk acara peringatan keluarga dan dia terpaksa mengerjakan pekerjaan rumahtangga yang super menguras tenaga. Jadi menantu di korea berat banget guys...
Tidak hanya Jiho, isu tentang patriarki dan kesetaraan gender juga diangkat dalam hampir semua cerita tokoh perempuan dalam drama ini. Tentang bagaimana perempuan dilecehkan dalam hubungan pekerjaan, bagaimana produktivitas perempuan tidak dipandang dan tidak dihargai, bagaimana perempuan dijadikan sebagai objek pelecehan dan objek untuk emnunjukkan relasi kuasa, tentang bagaimana kita memandang pernikahan, sampai ke isu maskulinitas dan misoginitas yang dimunculkan secara komplit dalam drama ini.
Berharap sekali lebih banyak orang menonton drama ini agar tahu seperti apa sebaiknya kita mengoreksi pola pikir kita sebagai sesama manusia.
Well, i recommend this drama for you to watch! Kita bisa belajar banyak hal dari drama ini.

Jumat, 03 April 2020

Film Vs Baper (Review Kim Ji Young: Born in 1982)

Ada banyak film yang bagus yg pernah kutonton. Susah bgt menentukan mana yg terbaik. Tapi, aku suka sekali film yg realistis dan bisa menyentuh kita, menggugah utk menyadari hal kecil yang luput dari perhatian kita, dan menjadikan kita belajar untuk menjadi yang lebih baik lagi sebagai manusia.

Baru aja nonton film korea "KIM JI YOUNG:BORN 1982". Cukup menyentuh. Jujur, aku suka banget sama film atau drama korea yg punya genre cerita tentang keluarga atau sejarah. Film yang genre nya keluarga membuatku lebih sadar dan lebih bisa menghargai keluarga (manusia-manusia terdekatku), kalau film yang genre sejarah membuatku lebih banyak pengetahuan tentang intrik dan politik dalam kehidupan. Bahwa manusia itu jenisnya macam-macam dan kita perlu belajar untuk hidup berdampingan.
Well, ih kok suka korea sih??? Menurutku gak bijak kita menilai sesuatu hanya dari nama negaranya. *Aneh kan...
Jangan underestimate dulu sama negaranya. Kita harus objektif menilai sesuatu yang bagus ya bagus. Yang tidak ya tidak. Lihat dulu objeknya, jangan liat sampul doang udah alergi. Kamu gak akan belajar apapun kalo kayak begitu. By the way, tidak semua film korea aku suka, tapi banyak sekali film korea yang menurutku punya cerita yang bagus dan worth it buat ditonton karena banyak pembelajarannya.


Drama saeguk atau kolosal favoritku adalah DONG YI atau Jewel in The Crown, bisa banyak belajar politik disini. Lalu, Master of The Mask juga bagus. Untuk drama, aku suka dengan drama berjudul Because This is My First Life, yang menceritakan kisah seorang cewe dan seorang cowo yang menjalani pernikahan kontrak karena beratnya hidup di era modern. Diwarnai juga dengan isu-isu kesetaraan gender dan sedikit menyinggung budaya patriarki masyarakat. 
Back to film Kim Ji Young: Born in 1982 tadi. Jadi, film ini mengisahkan tentang kehidupan seorang wanita yang menjadi ibu sekaligus istri dan menantu di era modern ini yang berjuang menghadapi perubahan zaman, tapi masyarakat yang masih sempit dalam memandang kesetaraan gender. Jadi, Kim Ji Young ini  tertekan pasca dia menikah dan memiliki anak, karena secara tak langsung dituntut untuk menjadi istri, ibu dan menantu dan melupakan rutinitas semulanya sebagai wanita yang punya mimpi dan ambisi, pokoknya hidup dia penuh dengan tekanan dari berbagai hal. Terutama dari ibu mertuanya. Konon, memang seperti itulah budaya patriarki di Korea Selatan masih terus berlanjut hingga saat ini. Laki-laki memiliki kekuasaan lebih. Perempuan menjadi peran yang memiliki banyak tugas dan tanggungjawab namun tak memiliki kuasa sebesar laki-laki. Ada 1 percakapan menyentuh yang aku ingat di salah satu scene film ini. Ketika pasangan ini membicarakan tentang kelak jika mereka punya anak. Sang istri berkata pada suaminya "ada banyak hal yang akan berubah ketika aku melahirkan anak." Lalu si suami dengan sumringah menimpali "ya, tentu. Aku juga akan mengalami banyak hal yang berubah nanti". "Apa yang berubah darimu?" Tanya sang istri. "Ya, aku harus pulang cepat untuk bermain dengan anak, aku mungkin harus mengurangi minum (alkohol), mengurangi bermain dengan teman-temanku..."
Kemudian sang istri terlihat lesu mendengarnya. Nggak tau ya, aku juga penasaran, apa sih yang berubah ketika laki-laki mempunyai anak?
Dan apakah perubahan itu sebuah perubahan besar yang setara dengan bagaimana perubahan yang dialami seorang wanita setelah ia melahirkan anak?
Entahlah...tapi film ini cukup menyadarkanku bahwa wanita itu hebat. Sebagian mereka kadang terlihat lemah, dengan badan yang kurus, ketidakmampuan membuka tutup botol atau mengangkat barang berat dsb. Tapi, jauh di dalamnya, wanita memiliki beban hidup yang sangat menguji mental, yang mana kamu tidak akan pernah bisa tahu karena psikis dan mental itu tidak terlihat dengan mata. Berbeda dengan orang yang sakit secara fisik atau terluka berdarah-darah, kamu akan tahu orang ini butuh ditolong. Tapi mental?
Film ini sekaligus membuatku begitu salute pada sosok seorang ibu. Kita kadang tak segan untuk protes pada ibu tentang hal-hal yang tidak memanusiakannya. Kita suka ikut menuntut ini dan itu, tanpa menyadari kita sudah banyak merepotkan ibu. Seorang ibu membesarkan kita dengan banyak hal yang harus dilaluinya. Baik ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga, dua-duanya memiliki pergulatan mental yang hebat untuk membesarkan kita. Dan kadang, kita masih nggak tau diri dengan protes ini itu bahkan membandingkan dengan sosok lain. Kita hadir di dunia, untuk menuntut itu???
Ayolah, kita mulai dari sekarang. Kita sudah dewasa, mari kita perlakukan orangtua kita sebagai manusia. Ayo kita bekerjasama dengan mereka untuk saling menjaga mental satu sama lain. Orangtua kita juga manusia, sama seperti kita. Ibu kita mungkin salah satu produk yang senasib dengan Kim Ji Young. Harus kita sadari dia  mungkin juga punya keinginan dan mimpi. Dan karena ibu adalah manusia juga, kita harus sadari bahwa pasti ada tak sempurnanya juga. Tapi, ayo kita coba untuk mengapresiasi mereka...
Plus, untuk semua perempuan...ayolah kita buat kehadiran kita menjadi lebih berarti buat sesama perempuan. Kita harus saling mendukung dan jangan menjatuhkan perempuan lain yang secara tak sengaja akan melanggengkan budaya patriarki ini. Kamu boleh merasa hidupmu fine dengan patriarki, tapi perempuan lain, belum tentu. Jadi, kita berlaku baik pada semua manusia, pada dasarnya prinsipnya demikian, bukan?
Jadi, mari kita lebih menghargai setiap jiwa yang kita temui. Jangan mudah mengambil kesimpulan atau mengeluarkan kata-kata yang menghakimi seseorang, karena kita tak pernah tahu pergulatan macam apa yang dia lalui. Karena kenyataannya kita buta, tak bisa melihat kondisi psikis orang lain.
Satu lagi, film ini menyadarkanku betapa pentingnya kerjasama di dalam sebuah pernikahan. Jadi, jangan berfikir bahwa menikah itu sebagai ajang untuk menunjukkan relasi kuasa. Hiduplah menjadi manusia yang penuh cinta  baik para calon suami maupun para calon istri. Sadarilah bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan fokuslah untuk bekerjasama saling membahagiakan dan menolong. Buat komunikasi yang baik. Jangan sampai, menikahi seseorang justru membuat kamu membuat catatan kedholiman terhadap sesama manusia. Hargailah perempuan, karena perempuan juga manusia.

Rabu, 08 Januari 2020

Hari Perempuan

女性の日 josei no hi. Hari Perempuan. Wkwk, ini bukan nama hari besar atau hari libur nasional di Jepang ya...hanya sebutan untuk hari dimana hanya perempuan lah yang bisa mengalami fenomenanya. Fenomena apa?
Hehehe...tentunya kita semua udah tau, dan di sekolah pun diajarkan kalo dalam siklus hidupnya, laki-laki dan perempuan mengalami fase perubahan yang berbeda secara biologis yang menandakan bahwa  seorang individu dinyatakan matang secara seksual. Di tulisan kali ini, aku mau bahas tentang yang dialami oleh perempuan, yaitu, "Menstruasi".
Oops...!!! Kenapa? Harapanku sih dari tulisan ini bisa menambah pengetahuan dan membuka pikiran kita supaya nggak menganggap menstruasi sebagai hal yang tabu dan harus disembunyikan bak sebuah aib. No, i have this cycle every month because my body is healthy enough to do that!
Jadi, sebelum lanjut baca, dibuka dulu ya pikirannya 😊

Beberapa tahun silam, sebagai seorang asisten dosen pada kala itu, aku datang menggantikan dosenku yang berhalangan hadir. Kadang, aku hanya membantu mengajar, tapi karena kali ini para mahasiswa dijadwalkan UTS, maka tugasku hanya mengawasi mereka ujian. Seorang mahasiswi yang duduk paling belakang sedang nggelosor di mejanya, sementara seorang teman laki-laki yang duduk di sampingnya terlihat khawatir sambil berulang kali menanyakan apa dia sanggup ikut ujian. Aku datangi mereka (mereka adalah mahasiswa jurusan keperawatan), dan menanyakan apakah mahasiswi itu baik-baik saja. Dia mengangkat kepalanya, "nggak apa-apa, sensei" jawabnya pelan lalu berusaha terlihat segar. Teman di sampingnya mengelus punggung mahasiswi itu dan berkata "lagi dismenor, sensei." Jawabnya. Oooh...akupun langsung paham dan terbayang betapa 'menyiksanya'. Aku tawarkan dia untuk pulang dan ikut ujian susulan saja, tapi dia menolak. Dengan wajah yang hampir menangis, dia berusaha sekuat tenaga mengerjakan soal ujian sampai selesai.
Yah...semacam itulah kurang lebih. Aku juga pernah mengalaminya waktu UN SMA dulu, ujian matematika bertepatan dengan jadwalku menstruasi, hari pertama dong! Yah tak jauh beda dengan mahasiswi tadi, aku juga nggelosor di meja, mengabaikan soal UN sekitar 20 menit tertidur di atas meja. Temanku semuanya sudah paham kalau aku selalu seperti itu (hahaha) jadilah mereka hanya bertanya "meta, gak apa-apa? Jangan pingsan loh!" Hehehe. Alhamdulillah 20 menit kemudian bisa mereda sakitnya dan mengerjakan soal UN sampai selesai.
Sebenarnya yang dirasakan cewe waktu menstruasi itu beda-beda, sih. Ada yang biasa aja, ada yang sakit dikit, kram dikit ada juga yang sakit buanget berasa mau mati.
Awalnya, aku termasuk yang biasa-biasa aja. Palingan kemeng dikit, mules dikit. Tapi menginjak usia SMA, entah pengaruh psikologis atau hormon, jadi lebih sakit kayak mau pingsan. In my version, kalo lagi menstruasi, rasanya macem perut tuh dikremes (dikremes sama tangan yang ada kukunya panjang-panjang), badan pegel semua, berat, kaki berasa kayak ditarik kenceng, kepala pusing, kadang migrain, diikuti sama mata pedes, ngantuk, mual, dan kadang kalo pas nggak fit bisa sampe demam dan masuk angin. Kalo lupa makan, beuhhh...mantapjiwaaa langsung pandangan mata jadi sepia mode dong, plus keringet dingin dan jantung berdebar-debar 🤪
Yah...memang seperti itulah rasanya. Jadi, jangan dikira menstruasi itu cuman persoalan perut mules ya!
Rata, semua badan ancur dah pokoknya wkwk.
Belum lagi dengan kondisi begitu harus terbiasa, kalo ke kamar mandi dan buang air kecil, udah berasa kayak nyembelih hewan qurban...wkwk. so, hampir bisa dipastikan cewe jarang yang takut sama darah. Tiap bulan, itu pemandangan yang harus dia liat soalnya. Ya ngeri sih...meski udah menstruasi berrrrkali-kali, tetep aja ngeri liatnya. Tapi toh tetep harus dilihat dan dibersihkan (dengan kondisi badan lemesss).
Belum lagi kalau nembus, banyak deh cucian...😔
Gimana dengan mood? Emang sih...mood jadi lebih sensitif waktu menstruasi. Bukan tentang marah-marah ya...ekspresi emosional dan sensitif disini bisa berupa gampang nangis, mood swing, gampang tersinggung, gampang capek, dll. In my case, gak tau kenapa kalo pas lagi harinya tuh, ya ada-ada aja yang bikin sebel. Biasanya nggak begitu, tapi kok begitu hehehe. Ujian banget lah buat belajar sabar.
Yang paling berat hari pertama? Hmm...aku sih yes. Meski nggak semua cewe sama.  24jam pertama, itu yang paling  Subhanallah. Sakit banget, dan kalo tidur malem, dijamin bakal bangun karena sakitnya. Seringnya bangun dinihari, gara-gara nyeri. Trus, ngapain? Nggak ngapa-ngapain. Wkwk. Ya, bengong aja menikmati sakitnya, sambil berdzikir dan meringis dikit-dikit, berusaha berafirmasi positif kalau sakitnya akan hilang. Kalau di jam-jam begini, mengalihkan rasa sakit dengan baca buku, Whatsapp an atau main game or nonton yutub nggak berlaku. Megang hp pun rasanya berat dan males. Posisi apapun nggak enak. Jadi, ya cuman bisa diem aja duduk, tidur dan mbuh posisi apapun sampai sakitnya ilang.
Pernah sih dulu dibilangin, "sakit mens tu bakal ilang sendiri kok kalau nanti udah menikah." Gak tau juga sih, karena belum membuktikan wkwk. Tapi karena omongan ini, kadang kalau pas lagi dapet dan sakiiiiiiiit banget, di saat itulah berasa kayak "gue mau nikah sekarang juga!" 🤣🤣🤣 karena gak tahan sakit. Tapi ya masa...
Padahal 24 jam kemudian udah gak kepikiran lagi 🙄
Ada cara ngilangin rasa sakit menstruasi? Hm, dari pertama kali mens aku memang dilarang sama ibuku buat mengkonsumsi obat atau minuman menstruasi. Jadi ya aku biarin aja secara alami sakitnya berlalu. Bed rest sambil minum air yang banyak, jangan telat makan dan jaga tubuh selalu hangat jangan sampe kedinginan. Tapi kadang ada saat-saat tertentu dimana aku harus gak boleh tepar dan fit buat beraktivitas. Di saat seperti itu, aku minum air putih banyak-banyak, nggak telat makan, dan kadang aku konsumsi pereda nyeri (painkiller). Tapi ini opsi paling akhir kalo bener-bener sakit gak tertahankan. Aku juga menghindari minum soda, kopi dan teh karena menurutku, itu bikin jadi makin sakit. Pernah aku searching di youtube juga, kalo di Jepang, mengkonsumsi susu kedelai juga dipercaya membantu mengurangi nyeri menstruasi. Aku sih pernah coba, memang sedikit mereda, tapi ya tetep aja sakit sih hehe, memang udah alamiahnya begitu.
So, buat cowo-cowo yang baca tulisan ini, semoga kalian jadi lebih bisa paham tentang kondisi biologis cewe. Dan baik cewe maupun cowo, kondisi masing-masing cewe itu berbeda, jangan bandingkan dan jangan pernah menyepelekan rasa sakit yang dialami cewe yang menstruasi. 
Salute banget sama cowo yang paham hal ini. Kayak mahasiswa yang duduk di samping mahasiswi waktu UTS tadi 😊