Minggu, 23 Maret 2014

Odong-odong

Hari ini(hari saya menulis ini), 22 Maret 2014 malam saya duduk di bangku taman. Di sela-sela penat selama satu minggu kuliah, bekerja dan beberapa hal yang membuat saya under-pressure minggu ini saya melihat-lihat pemandangan sekitar. Taman ini cukup ramai oleh pengunjung dan para penjual makanan dan mainan anak-anak. Anak-anak berlarian di tengah taman yang lapang dan memainkan mainan-mainan yang mereka punya. Keluarga-keluarga kecil memenuhi taman ini. Tiba-tiba saya tersadar akan sesuatu…sadar bahwa saya sejak tadi melamun dan tidak bisa tersenyum sama sekali.
Saya tetap tak melepaskan pandangan dari anak-anak yang bermain di tengah lapangan taman. Beberapa anak bermain pesawat-pesawatan dari gabus, ada yang bermain lontar karet, ada yang memegang bambu yang talinya menjuntai ke bawah mengikat seekor lele mainan. Lele dari gabus dan plastik itu dibawa berjalan-jalan. Setiap berjalan, lele mainan itu molor-memanjang. Mereka tertawa. 
Tiap pesawat yang diterbangkan anak-anak itu ke atas berputar lalu kembali ke arahnya,  mereka tertawa bahagia. Setiap baling yang dilontarkan ke atas oleh anak-anak itu mereka melihat kilauan-kilauan kertas pembungkusnya yang terpantul cahaya lampu taman, kemudian ketika perlahan baling-baling itu turun ke bawah, tangan mereka meraih-raih ke atas, berusaha menangkapnya. Beberapa anak berhasil menangkap baling-baling itu, kemudian tertawa bahagia sekali. Beberapa lainnya tidak bisa menangkap baling-baling yang berputar turun jatuh ke bawah itu, baling-baling itu meleset melewati tangan mereka kemudian jatuh di atas permukaan tanah, dan mereka tertawa, kemudian memungutnya, melontarkannya lagi ke atas dengan karet dan mencoba meraihnya lagi.
Anak-anak yang membawa lele  mainan berjalan kesana-kemari menuntun lele warna-warninya dengan memegang bambu di tangannya. Seperti menuntun seekor anjing. Mereka menuntun lele dari gabus dan plastik itu, sambil tertawa, melangkah dengan bahagia.
Sebagian kecil anak-anak asyik di mainan taman. Ada yang bermain jungkat-jungkit, kebetulan dekat sekali dengan tempat saya duduk. Seorang anak naik di sisi sebelah kanan dan satunya di sebalah kiri. Ayah dan ibunya ada di belakang mereka, menarik turun bergantian hingga jungkat-jungkit itu bisa naik-turun. Anak-anak itu berceloteh, tertawa riang.
Sejenak kemudian ibu saya bicara, “coba lihat itu…” sambil menunjuk ke arah tepi taman. mata saya terarah ke arah yang ditunjukkan ibu saya. Ada sebuah odong-odong yang penuh dengan anak kecil. Pengayuh odong-odong mengayuh dengan wajah tanpa ekspresi. Sesekali mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang digantung di lehernya. “padahal odong-odong itu hanya bergerak ke depan ke belakang. Seperti itu saja anak-anak bisa tertawa riang sekali ya…” kata ibu saya.
Mendengar kata-kata ibu saya itu saya kemudian tersadar akan sesuatu yang membuat saya tidak bisa tersenyum.
Anak-anak…begitu mudahnya hal-hal kecil membuat mereka bahagia. Hanya dengan berlarian, memainkan mainan-mainan sederhana, menaiki mainan yang hanya bergerak ke atas-ke bawah, ke depan-ke belakang saja bisa membuat mereka tertawa lepas dan bahagia. Jika orang dewasa melakukan itu, mereka tidak akan tertawa seperti mereka. Begitu mudah dan sederhananya bagi anak-anak untuk menemukan kebahagiaan dan hal-hal yang membuat mereka tertawa. Sedangkan orang dewasa, mereka begitu mudah menemukan hal-hal yang membuat mereka stress, tetapi sulit sekali menemukan hal-hal yang mebuat mereka tertawa dan bahagia. Melihat anak-anak itu, saya tersadar pula, bahwa dulu saya juga seperti itu dan saya juga tertawa setiap hari, dengan hal-hal yang sederhana. Mengapa sekarang tidak?
Hari-hari yang Allah berikan kepada kita, bukankah sebenarnya itu Rizki besar yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya? Dan saya kemudian menyadari mengapa juga saya harus tenggelam dalam kesuntukan urusan sehari-hari, anggapan manusia-manusia sekitar dan pergesekan-pergesekan yang terjadi di lingkungan-lingkungan tempat kita menghabiskan waktu selama seminggu berutinitas ini? Hingga saya tidak bisa tersenyum lagi? Betapa besarnya efek obsesi saya sampai-sampai saya lupa bahwa saya juga perlu tertawa dan bahagia. Karena ambisi, saya lama-lama bisa lupa bahwa saya hidup! Hahaha…. Yaaahh, sekarang saya sadar kembali bahwa mimpi-mimpi saya, semua yang saya cita-citakan itu akan sangat berarti jika tercapai dengan kebahagiaan dan bukan menjadi pressure. Bukankah Anda semua pasti sering mendengar kata-kata tersebut, mungkin juga Anda bosan, tetapi terkadang, ternyata mendengar saja tak cukup, mengingat saja tak cukup, kita harus tahu, dan kita harus rasakan.
Minggu ini saya berhasil menjalani kehidupan di kampus, di tempat kerja dengan baik, tapi ternyata nilai kebaikannya kurang karena saya sadari, malam ini, ternyata saya menjalani minggu ini dan meninggalkan sesuatu yang paling penting dalam hidup, Bahagia. Tapi hari ini saya bahagia, melihat semua yang ada di depan mata saya. dengan bahagia, semua akan lebih ada artinya. jadi, bahagia itu yang seperti apa?? yang Dekat tentunya....






“ Create your own happiness, make yourself happy”
-Meta Gesti-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar