Hari ini(hari saya menulis ini), 22 Maret 2014 malam saya
duduk di bangku taman. Di sela-sela penat selama satu minggu kuliah, bekerja
dan beberapa hal yang membuat saya under-pressure minggu ini saya melihat-lihat
pemandangan sekitar. Taman ini cukup ramai oleh pengunjung dan para penjual
makanan dan mainan anak-anak. Anak-anak berlarian di tengah taman yang lapang
dan memainkan mainan-mainan yang mereka punya. Keluarga-keluarga kecil memenuhi
taman ini. Tiba-tiba saya tersadar akan sesuatu…sadar bahwa saya sejak tadi
melamun dan tidak bisa tersenyum sama sekali.
Saya tetap tak melepaskan pandangan dari anak-anak yang
bermain di tengah lapangan taman. Beberapa anak bermain pesawat-pesawatan dari
gabus, ada yang bermain lontar karet, ada yang memegang bambu yang talinya
menjuntai ke bawah mengikat seekor lele mainan. Lele dari gabus dan plastik itu
dibawa berjalan-jalan. Setiap berjalan, lele mainan itu molor-memanjang. Mereka
tertawa.
Tiap pesawat yang diterbangkan anak-anak itu ke atas berputar lalu
kembali ke arahnya, mereka tertawa
bahagia. Setiap baling yang dilontarkan ke atas oleh anak-anak itu mereka
melihat kilauan-kilauan kertas pembungkusnya yang terpantul cahaya lampu taman,
kemudian ketika perlahan baling-baling itu turun ke bawah, tangan mereka
meraih-raih ke atas, berusaha menangkapnya. Beberapa anak berhasil menangkap
baling-baling itu, kemudian tertawa bahagia sekali. Beberapa lainnya tidak bisa
menangkap baling-baling yang berputar turun jatuh ke bawah itu, baling-baling
itu meleset melewati tangan mereka kemudian jatuh di atas permukaan tanah, dan
mereka tertawa, kemudian memungutnya, melontarkannya lagi ke atas dengan karet dan
mencoba meraihnya lagi.
Anak-anak yang membawa lele
mainan berjalan kesana-kemari menuntun lele warna-warninya dengan
memegang bambu di tangannya. Seperti menuntun seekor anjing. Mereka menuntun
lele dari gabus dan plastik itu, sambil tertawa, melangkah dengan bahagia.
Sebagian kecil anak-anak asyik di mainan taman. Ada yang
bermain jungkat-jungkit, kebetulan dekat sekali dengan tempat saya duduk. Seorang
anak naik di sisi sebelah kanan dan satunya di sebalah kiri. Ayah dan ibunya
ada di belakang mereka, menarik turun bergantian hingga jungkat-jungkit itu bisa
naik-turun. Anak-anak itu berceloteh, tertawa riang.
Sejenak kemudian ibu saya bicara, “coba lihat itu…” sambil
menunjuk ke arah tepi taman. mata saya terarah ke arah yang ditunjukkan ibu
saya. Ada sebuah odong-odong yang penuh dengan anak kecil. Pengayuh odong-odong
mengayuh dengan wajah tanpa ekspresi. Sesekali mengusap wajahnya dengan handuk
kecil yang digantung di lehernya. “padahal odong-odong itu hanya bergerak ke
depan ke belakang. Seperti itu saja anak-anak bisa tertawa riang sekali ya…”
kata ibu saya.
Mendengar kata-kata ibu saya itu saya kemudian tersadar akan
sesuatu yang membuat saya tidak bisa tersenyum.
Anak-anak…begitu mudahnya hal-hal kecil membuat mereka
bahagia. Hanya dengan berlarian, memainkan mainan-mainan sederhana, menaiki
mainan yang hanya bergerak ke atas-ke bawah, ke depan-ke belakang saja bisa
membuat mereka tertawa lepas dan bahagia. Jika orang dewasa melakukan itu,
mereka tidak akan tertawa seperti mereka. Begitu mudah dan sederhananya bagi
anak-anak untuk menemukan kebahagiaan dan hal-hal yang membuat mereka tertawa. Sedangkan
orang dewasa, mereka begitu mudah menemukan hal-hal yang membuat mereka stress,
tetapi sulit sekali menemukan hal-hal yang mebuat mereka tertawa dan bahagia. Melihat
anak-anak itu, saya tersadar pula, bahwa dulu saya juga seperti itu dan saya
juga tertawa setiap hari, dengan hal-hal yang sederhana. Mengapa sekarang
tidak?
Hari-hari yang Allah berikan kepada kita, bukankah
sebenarnya itu Rizki besar yang harus kita manfaatkan sebaik-baiknya? Dan saya
kemudian menyadari mengapa juga saya harus tenggelam dalam kesuntukan urusan
sehari-hari, anggapan manusia-manusia sekitar dan pergesekan-pergesekan yang
terjadi di lingkungan-lingkungan tempat kita menghabiskan waktu selama seminggu
berutinitas ini? Hingga saya tidak bisa tersenyum lagi? Betapa besarnya efek
obsesi saya sampai-sampai saya lupa bahwa saya juga perlu tertawa dan bahagia. Karena
ambisi, saya lama-lama bisa lupa bahwa saya hidup! Hahaha…. Yaaahh, sekarang
saya sadar kembali bahwa mimpi-mimpi saya, semua yang saya cita-citakan itu
akan sangat berarti jika tercapai dengan kebahagiaan dan bukan menjadi
pressure. Bukankah Anda semua pasti sering mendengar kata-kata tersebut,
mungkin juga Anda bosan, tetapi terkadang, ternyata mendengar saja tak cukup,
mengingat saja tak cukup, kita harus tahu, dan kita harus rasakan.
Minggu ini saya berhasil menjalani kehidupan di kampus, di
tempat kerja dengan baik, tapi ternyata nilai kebaikannya kurang karena saya
sadari, malam ini, ternyata saya menjalani minggu ini dan meninggalkan sesuatu
yang paling penting dalam hidup, Bahagia. Tapi hari ini saya bahagia, melihat
semua yang ada di depan mata saya. dengan bahagia, semua akan lebih ada artinya. jadi, bahagia itu yang seperti apa?? yang Dekat tentunya....
“ Create your own happiness, make yourself happy”
-Meta Gesti-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar