Minggu, 18 November 2018

Bolehkah, aku numpang di kopermu?

みなさん、こころ、大丈夫ですか。

Tak perlu menanyakan, sebenarnya. Karena aku yakin こころmu 大丈夫じゃない。perpisahan bukan hal yang menyenangkan. Meski sejatinya, bukan perpisahan, melainkan penundaan pertemuan. Dan sering kutemui wajah-wajah sedih mereka yang harus berjuang, jauh dari keluarga, jauh dari yang terkasih.

"Sensei, besok aku akan diantar keluarga. Tapi, sayangnya dia nggak bisa ikut...😢"

"Sensei, pulang dari Jepang nanti, aku mau segera menikah."

"Pulang dari Jepang nanti, aku akan segera bertunangan dengan dia."

Itulah sekeping mimpi yang dibawa oleh mereka. Pembelajar. Yang pergi ke negeri yang jauh, rela berpisah sementara dengan orang-orang terkasih, dengan harapan akan pulang membawa "oleh-oleh" terbaik.
Ilmu, harta. Dan aku berharap, mereka akan pulang membawa serta, iman.
Hidup di negeri orang, pahamilah, disitulah sebuah kesempatan besar untuk kita belajar mencari dimana "kekasih yang sebenarnya", berada. Disitulah kesempatan besar, untuk membuka hati dan pikiran kita untuk bertafakkur terhadap kebesaran dan sifat Pengasih PenyayangNya.

Kesetiaanmu, pada kekasihmu itu, jangan sampai kamu lepaskan hanya karena disana ada yang lebih baik di matamu. Dan, apalagi, kesetiaanmu terhadapNya, yang sungguh paling mahal diantara harta dan ilmu yang akan jadi "oleh-oleh"mu. Pulanglah menjadi manusia yang lebih baik, jangan pulang jika kamu tak membawa kebaikan.
Kopermu penuh dengan barang-barang yang akan kau butuhkan. Segala rupa kau siapkan. Iman, sudahkah kamu bawa serta?
Ataukah, dia tertinggal?
Negara itu, bisa saja merubah manusia yang datang. Jika kita datang, bukan sebagai manusia yang punya iman dan sadar, bahwa tanah itu, bukanlah tanah kebebasan yang membuatmu jauh dariNya, tak dapat menyentuhNya. Seolah kamu lepas dari jangkauanNya.

Jika demikian adanya, sungguh rugi...rugi...seharusnya kamu tak datang kesana, jika hanya untuk menjauhi Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar