Rabu, 08 Mei 2019

Life is a Classroom

Jadi ceritanya malam ini tiba-tiba kepikiran hal ini, tentang sampai di mana saya berjalan dan apa hikmahnya. Semacam refleksi, evaluasi diri. Semoga saja saya menuju ke arah yang lebih baik.
Hari ini, dihubungi oleh salah seorang mantan murid. Dulu belajar lama sekali dengan dia. Melewati hari-hari menyenangkan dan menikmati dinamikanya sebagai seorang pengajar yang juga masih belajar. Murid ini, murid spesial. Umurnya lebih tua daripada saya. Dia, orang Jepang. Darinya, saya belajar banyak hal. Acapkali kita bertukar pikiran tentang kehidupan, saling membuka wawasan. Saya sangat suka dengan pribadinya, berharap, bisa open-minded seperti dia, bekerja sebagai seorang profesional dengan pandangan yang profesional pula. Dia juga orang yang sangat optimis, meyakini bahwa kita harus selalu mengusahakan yang terbaik. Dia juga orang yang passionate. Workaholic, tapi tahu bagaimana menikmati hidup dengan penuh pikiran positif, berusaha memahami apapun, selalu berfikir lebih dalam, tidak menilai segala sesuatu secara sekilas, sekali pandang. Cenderung fokus untuk melakukan yang terbaik, dan bukan menuntut orang lain untuk kasih yang terbaik untuk kita.
Intinya, banyak hal yang saya pelajari dari sosoknya.
Hari ini, setelah cukup lama, tiba-tiba datang sebuah WA darinya. Entah kenapa, jadi semacam moodbooster buat saya. Saya teringat lagi dengan banyak kata-kata yang pernah dia sampaikan. Saya nggak boleh menyerah dengan keadaan, ujian itu pasti, tapi kita harus tetap positif, biarin aja lingkungan kita mau gimana. Kewajiban kita adalah melakukan yang sebaik-baiknya.
Kemudian saya kembali merefleksi diri saya, sejauh ini. Well...ya...saya juga saat ini jadi seorang workaholic yang hampir nggak punya hari libur. Bisa dibilang, kalender saya hitam semua. Kenapa? Saya bekerja sebagai seorang freelancer di banyak tempat. Ini sudah saya kerjakan sejak sebelum lulus kuliah. Meskipun begitu, saya hanya menekuni pekerjaan freelance untuk satu bidang saja, yaitu pendidikan. Barangkali, itu sudah passion saya, dan mengerjakan pekerjaan saya sesibuk apapun rasanya menyenangkan. Lelah, itu pasti, tapi sisi happy nya lebih banyak. Bisa berbagi ilmu, bisa bersentuhan dengan banyak orang baru, dengan pemikiran yang baru, menjadi pelajaran baru pula.
Namun, di sisi lain, saya sering juga mendengar pernyataan  seperti "kalo aku gak mau jadi freelancer. Soalnya kamu bisa ditendang kapan aja kan..."
Yah...memang itulah resiko seorang freelancer. Tapi, menjadi freelancer juga tidak kurang-kurang mengajarkan banyak hal kepada saya. Jadi freelancer, membuat saya bertemu dengan berbagai macam orang, pembelajar dari berbagai kalangan. Yang sudah dewasa, seumuran, remaja bahkan yang masih kanak-kanak. Dan masing-masing membuka sudut pandang saya menjadi lebih luas lagi. Saya juga belajar beradaptasi dengan banyak orang, serta belajar memahami manusia dalam berbagai fase kehidupan, dengan cara dan selera belajar yang berbeda-beda. Menjadi freelancer juga membuat saya bebas untuk menata sendiri apa yang ingin saya kerjakan. Saya memanage semuanya, dan berusaha kuat untuk menghadapi apapun tanpa bergantung.
Hal yang paling penting dan mendidik saya selama bergulat dengan kehidupan sebagai freelancer adalah, saya belajar untuk tawakkal. Bahwa siapa yang menggaji saya? Semua Allah yang atur. Saya sudah sering membuktikan itu dan saya insya Allah akan selalu meyakini bahwa mau bekerja di kantor, di luar, tetap ataupun tidak tetap, semua rezeki saya sudah ada yg memberikan melalui caraNya sendiri. Dan saya hanya wajib berusaha, tidak boleh capek, mengeluh, apalagi berhenti. Saya akan terus bergerak. Dan menjadi freelancer, membuat saya selalu ingin melakukan yang terbaik karena Bos saya bukanlah 'bos' biasa 😊