Rabu, 05 Februari 2014

Truth or Dare??

Siapakah orang lain? Siapakah diri kita?
Kadang kita berfikir keras untuk tahu mengapa orang menyukai kita? Atau kenapa orang membenci kita? Itu pertanyaan yang wajar saat kita mencari siapa kita(termasuk saya). Dalam proses hidup tentunya kita bertemu dengan banyak orang dan tentu saja, banyak penilaian. Sebagian dari penilaian itu terdengar menyakitkan dan sebagian lain terdengar begitu indah. Siapa yang salah? Hmm…sebaiknya jangan menyalahkan siapa-siapa ya! Yang penting dari proses ini adalah kita menjadi lebih dan lebih baik lagi. Terlepas dari siapakah yang memberikan penilaian baik atau buruk kepada kita, sepanjang mereka selalu jujur mengatakannya, maka tentu kita patut berterimakasih dan jangan berlarut-larut dalam rasa dongkol hanya karena penilaian buruk mereka yang terdengar jleb di hati. Banyak orang(mungkin di dekat kita) yang menerima kebohongan dan mereka bahagia dengan itu, jangan sampai kita seperti itu…
Pernah ada kisah -harap melihat kisah ini dari perspektif pembelajar supaya bisa diambil hikmahnya-, tentang seseorang yang cukup eksis di sebuah lingkungan sosial. Ia begitu supel dan punya jiwa leadership. Tadinya semua orang menghormatinya, rasanya mungkin dia memiliki setidaknya 30% niat baik, namun sayang mungkin nuansa dan penempatan dirinya sendiri yang kurang tepat sehingga membuat banyak orang kemudian tidak suka dengannya tetapi mereka terpaksa tersenyum, sependapat atau mungkin bersikap seolah mereka senang dengan adanya dirinya. Padahal, di lain sisi banyak sekali orang yang mencelanya dan mengeluh karena tidak suka padanya di belekang. Dia tidak tahu hal ini, dan andaipun dia berfikir jika ada orang yang diperlakukan seperti itu pastilah bukan dirinya. Ketika ia ongkang-ongkang percaya diri merasa memiliki kekuasaan di tangannya, tak dinyana ternyata banyak sekali yang tidak menyukainya. Tapi sayangnya kejujuran memang mahal harganya. Sebab, di dalam tawanya, orang ini tidak menyadari bahwa orang-orang di sekitarnya hanya berpura-pura saja. Masih mending, jika kita hanya dibasa-basi oleh orang di sekitar kita. Tetapi jika sampai mereka berpura-pura padahal punya kebencian membara? Dikelilingi orang-orang bertopeng, itu sangat mengerikan, bukan?
Memang gondok, menyakitkan ketika ada si blak-blakan, nyengit dan nggak punya perasaan itu menilai kita dengan kata-kata super bombernya, tapi itu lebih baik ketimbang kita dibohongi lingkungan dengan kepura-puraannya sementara kita bangga karena merasa disukai. Big NO! Semoga saya dan teman-teman tidak mengalami hal tersebut.

Terkadang Tuhan menghadapkan kita pada situasi seperti itu mungkin untuk memberi pelajaran yang sangat berharga dan agar kita bersyukur. Pelajaran banget buat saya, jangan terlalu senang ketika kamu ada di atas angin, lihatlah kanan-kiri, depan-belakang dan atas-bawah karena ternyata sebenarnya banyak yang kita tidak tahu…Naudzubillahi min dzalik.