Siapakah orang lain? Siapakah diri
kita?
Kadang kita
berfikir keras untuk tahu mengapa orang menyukai kita? Atau kenapa orang
membenci kita? Itu pertanyaan yang wajar saat kita mencari siapa kita(termasuk
saya). Dalam proses hidup tentunya kita
bertemu dengan banyak orang dan tentu saja, banyak penilaian. Sebagian dari
penilaian itu terdengar menyakitkan dan sebagian lain terdengar begitu indah.
Siapa yang salah? Hmm…sebaiknya jangan menyalahkan siapa-siapa ya! Yang penting
dari proses ini adalah kita menjadi lebih dan lebih baik lagi. Terlepas dari
siapakah yang memberikan penilaian baik atau buruk kepada kita, sepanjang
mereka selalu jujur mengatakannya, maka tentu kita patut berterimakasih dan
jangan berlarut-larut dalam rasa dongkol hanya karena penilaian buruk mereka yang
terdengar jleb di hati. Banyak orang(mungkin di dekat kita) yang menerima
kebohongan dan mereka bahagia dengan itu, jangan sampai kita seperti itu…
Pernah ada
kisah -harap melihat kisah ini dari perspektif pembelajar supaya bisa diambil
hikmahnya-, tentang seseorang
yang cukup eksis di sebuah lingkungan sosial. Ia begitu supel dan punya jiwa
leadership. Tadinya semua orang menghormatinya, rasanya mungkin dia memiliki
setidaknya 30% niat baik, namun sayang mungkin nuansa dan penempatan dirinya
sendiri yang kurang tepat sehingga membuat banyak orang kemudian tidak suka
dengannya tetapi mereka terpaksa tersenyum, sependapat atau mungkin bersikap
seolah mereka senang dengan adanya dirinya. Padahal, di lain sisi banyak sekali
orang yang mencelanya dan mengeluh karena tidak suka padanya di belekang. Dia
tidak tahu hal ini, dan andaipun dia berfikir jika ada orang yang diperlakukan
seperti itu pastilah bukan dirinya. Ketika ia ongkang-ongkang percaya diri merasa
memiliki kekuasaan di tangannya, tak dinyana ternyata banyak sekali yang tidak
menyukainya. Tapi sayangnya kejujuran memang mahal harganya. Sebab, di dalam
tawanya, orang ini tidak menyadari bahwa orang-orang di sekitarnya hanya berpura-pura
saja. Masih mending, jika kita hanya dibasa-basi oleh orang di sekitar kita.
Tetapi jika sampai mereka berpura-pura padahal punya kebencian membara?
Dikelilingi orang-orang bertopeng, itu sangat mengerikan, bukan?
Memang
gondok, menyakitkan ketika ada si
blak-blakan, nyengit dan nggak punya perasaan itu menilai kita dengan kata-kata
super bombernya, tapi itu lebih baik ketimbang kita dibohongi lingkungan dengan
kepura-puraannya sementara kita bangga karena merasa disukai. Big NO! Semoga
saya dan teman-teman tidak mengalami hal tersebut.
Terkadang
Tuhan menghadapkan kita pada situasi seperti itu mungkin untuk memberi pelajaran yang
sangat berharga dan agar kita bersyukur. Pelajaran banget buat saya, jangan
terlalu senang ketika kamu ada di atas angin, lihatlah kanan-kiri,
depan-belakang dan atas-bawah karena ternyata sebenarnya banyak yang kita tidak
tahu…Naudzubillahi min dzalik.